Rabu, 21 Desember 2011




Aku ingin memilii sahabat..
ketika seseorang berkata pada temannya, "terima kasih sahabatku." aku termenung. kata 'sahabat' bukanlah kata yang asing di telingaku, tentu saja, aku sudah mendengarnya sejak kecil. tapi bagi diriku kata itu adalah sebuah kata yang asing. kau tahu? aku tak pernah punya sahabat. tidak seorangpun.

sejak masih kecil, tak ada seorangpun yang jadi sahabatku. aku bisa punya banyak teman, tapi aku tak punya seorang sahabat. kenapa? aku juga tak tahu. tanya saja pada mereka yang berteman denganku tapi tak cukup mau berbagi denganku sebagai seorang sahabat.

mungkin karena aku menyebalkan. mungkin karena aku bukan orang yang seimbang dengan mereka, dalam segala hal. mungkin karena aku bodoh. mungkin karena aku tidak cantik. mungkin karena aku kurang perhatian. mungkin karena aku pemalas. mungkin karena kata-kataku terlalu pedas. mungkin karena lidahku terlalu tajam. mungkin karena aku yang suka berargumen dengan pemikiran-pemikiranku yang menyebalkan. mungkin karena kebiasaanku yang mengganggu. dan mungkin-mungkin lainnya adalah alasan-alasan yang kukemukakan pada diriku sendiri.

benar. aku bukanlah sosok seseorang yang bisa dianggap sahabat. aku suka berargumen dan aku selalu suka jika dapat memenangkan argumenku. aku keras kepala. aku lebih suka berbicara daripada mendengarkan orang lain. aku egois. benar. tapi aku selalu berusaha jadi seorang sahabat. walaupun kalian tidak menghargai usahaku, kurasa.

aku berusaha untuk menjadi sahabat setiap kali aku mendapatkan teman baru. tapi selalu dan selalu tidak berhasil. mungkin usahaku memang kurang, tapi mungkin juga hanya itu yang bisa kulakukan. aku selalu berusaha dan mencoba melakukan yang terbaik untuk menjadi seorang sahabat.

aku orang yang tertutup, aku introvert. aku berpikir mungkin karena itu juga aku sulit mendapatkan teman. tapi ketika aku berusaha menjadi orang yang lebih terbuka, yang terjadi adalah aku menyangkal diriku sendiri dan berubah jadi orang lain yang tidak kukenal. dan tetap saja dengan penyangkalan diriku itu aku tetap tidak mendapatkan seorang sahabat pun.

aku iri pada kalian yang bisa dengan mudah mendapatkan teman dan bersahabat dengan banyak orang. aku iri pada kalian yang bisa tertawa, menangis, bercanda, bermain bersama orang-orang yang kalian sebut sahabat. aku iri, benar-benar iri pada kalian.

aku selalu meyakinkan diriku bahwa suatu hari aku pasti akan mendapatkan seorang teman yang cukup baik dan mau dan bisa kujadikan sahabat. tapi perlahan keyakinan yang kutanam itu pudar. dengan semua orang yang mendapatkan teman bahkan dengan kekurangan-kekurangan mereka membuatku sadar bahwa sahabat itu dipilih secara subyektif. ada orang yang begitu banyak kekurangannya tapi memiliki begitu banyak sahabat. ada orang yang begitu banyak kelebihan tapi tidak punya satu orang sahabat pun. ada juga yang punya banyak kekurangan dan tidak punya sahabat. serta yang punya banyak kelebihan dan banyak sahabat. aku mungkin termasuk dalam yang punya banyak kekurangan dan tidak punya teman. dan itu mungkin takdirku (walaupun aku sebenarnya tidak percaya pada takdir, tapi aku tidak tahu harus menyebutnya apa).

aku berkeyakinan bahwa mencari seorang sahabat sama seperti mencari pasangan. tidak. bahkan mencari sahabat yang bisa cukup aku percaya menurutku lebih penting daripada mencari seorang pasangan. aku ingin mencari pasangan yang bisa melengkapiku dengan segala kekuranganku dan aku juga menginginkan hal yang sama dengan sahabatku, bahkan lebih. aku ingin memiliki sahabat yang bisa melengkapiku tapi juga bisa kuperlengkapi. tapi dimana aku mencari orang seperti itu?

Alkitab dalam Amsal 17:17 mengatakan:
              Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

aku mencoba menjadi seorang sahabat yang baik, mencoba menjadi seorang teman, mencoba menjadi seorang saudara. tapi itu tidak cukup. bagaimanapun aku mencoba, aku tetap harus menipu diriku sendiri setiap kali berhadapan dengan teman-temanku. aku tidak bisa menjadi orang yang sama dengan yang kutampilkan di depan keluargaku, di depan saudara-saudaraku. bagaimanapun aku berusaha, aku tetap tidak bisa mendapatkan seorang sahabat.

ini bukan salah kalian. tentu bukan. ini mungkin salahku dan sepertinya memang begitu. aku yang tidak bisa mempercayai orang lain, bahkan ibuku sendiri, mungkin memang tidak akan pernah memiliki seorang sahabat.

aku punya sahabat virtual. sahabat yang tidak kelihatan tapi bisa kurasakan bahwa dengannya aku menjadi lebih tenang. ya, aku punya Tuhan sebagai sahabatku. tapi tetap saja sebagai manusia yang ingin disayangi dan diperhatikan secara nyata dan kelihatan olehku dan orang lain. mungkin karena Tuhan terlalu menyayangiku sebagai sahabatnya sehingga ia menginginkan aku hanya bersahabat dengannya maka aku tidak punya sahabat nyata di dunia. seandainya aku bisa bicara langsung berhadap muka dengan Tuhan, aku ingin minta seorang sahabat yang sama baiknya seperti dirinya.

0 Comments:

Post a Comment



Diberdayakan oleh Blogger.

By :
Free Blog Templates